JAKARTA - Indonesia akan membahas pembentukan Global Financial Safety Net dalam KTT G-20 pada 26-27 Juni di Toronto. Pembentukan Global Financial Safety Net merupakan salah satu isu yang akan dibawa oleh Indonesia pada KTT G-20.
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Demokrat Ferrari Roemawi mengatakan, Global Financial Safety Net bisa menjadi alat untuk mengatasi krisis ekonomi. "Efektif atau tidak, yang penting ini merupakan hal bersifat antisipasi, yang penting punya planning, daripada nggak punya apa-apa," kata Ferrari di Jakarta.
Kendati demikian, menurutnya, Indonesia mempunyai daya tahan ekonomi yang cukup kuat untuk terlindungi dari dampak krisis keuangan di negara lain. "Market kita juga besar, walaupun daya tahan kita tidak 100 persen dan ekspor kita turun signifikan, tapi ekonomi kita sehat," paparnya.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Mahendra Siregar mengatakan Global Financial Safety Net merupakan suatu jaring pengaman global yang merupakan suatu mekanisme yang diperlukan oleh negara pada saat menghadapi krisis yang sistemik. "Pada negara maju, financial safety net lebih memadai, tapi tidak negara emerging," ujar Mahendra di Jakarta, Jumat (18/6/2010).
Sementara itu, isu lainnya yang akan dibahas dalam KTT G-20 adalah penyelesaian Putaran Doha, pembangunan, dan perubahan iklim. Mahendra menjelaskan, penyelesaian Putaran Doha tidak hanya dapat meningkatkan perdagangan internasional, tapi potensi pertumbuhan negara-negara di dunia. Sehingga, kata dia, momentum pemulihan ekonomi tidak lagi ditopang anggaran fiskal stimulus.
"Fiskal stimulus berimplikasi pada belanja negara yang meningkat dan konsekuensinya adalah peningkatan utang," paparnya.
Menurut Ferrari, untuk meningkatkan perdagangan, juga diperlukan daya saing yang kuat. "Mau bicara Putaran Doha, WTO, FTA, semua kembali lagi kepada daya saing," kata Ferrari.
Ferrari menjelaskan, dengan bermodal daya saing kuat, maka akan mudah untuk melakukan penetrasi ke pasar negara lain. Sementara itu, menurut Mahendra, KTT G-20 sangat penting karena selain baru dilakukan pertama kali, forum ini juga mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan kerjasama internasional.
"Indonesia sangat menginginkan G-20 memberikan perhatian pada kepentingan pembangunan dari negara yang sedang berkembang baik dalam menghadapi krisis global," ucapnya.
Mahendra menambahkan, walaupun Indonesia menginginkan koordinasi kuat dari seluruh negara angota yang tergabung dalam G-20, namun kondisi ekonomi dari negara anggota berbeda sehingga tak dapat dipaksakan untuk seragam. "Meskipun tidak seragam, yang kita inginkan adalah ada koordinasi yang baik," tukasnya.(Sandra Karina/Koran SI/wdi/okezone.com)
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Demokrat Ferrari Roemawi mengatakan, Global Financial Safety Net bisa menjadi alat untuk mengatasi krisis ekonomi. "Efektif atau tidak, yang penting ini merupakan hal bersifat antisipasi, yang penting punya planning, daripada nggak punya apa-apa," kata Ferrari di Jakarta.
Kendati demikian, menurutnya, Indonesia mempunyai daya tahan ekonomi yang cukup kuat untuk terlindungi dari dampak krisis keuangan di negara lain. "Market kita juga besar, walaupun daya tahan kita tidak 100 persen dan ekspor kita turun signifikan, tapi ekonomi kita sehat," paparnya.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Mahendra Siregar mengatakan Global Financial Safety Net merupakan suatu jaring pengaman global yang merupakan suatu mekanisme yang diperlukan oleh negara pada saat menghadapi krisis yang sistemik. "Pada negara maju, financial safety net lebih memadai, tapi tidak negara emerging," ujar Mahendra di Jakarta, Jumat (18/6/2010).
Sementara itu, isu lainnya yang akan dibahas dalam KTT G-20 adalah penyelesaian Putaran Doha, pembangunan, dan perubahan iklim. Mahendra menjelaskan, penyelesaian Putaran Doha tidak hanya dapat meningkatkan perdagangan internasional, tapi potensi pertumbuhan negara-negara di dunia. Sehingga, kata dia, momentum pemulihan ekonomi tidak lagi ditopang anggaran fiskal stimulus.
"Fiskal stimulus berimplikasi pada belanja negara yang meningkat dan konsekuensinya adalah peningkatan utang," paparnya.
Menurut Ferrari, untuk meningkatkan perdagangan, juga diperlukan daya saing yang kuat. "Mau bicara Putaran Doha, WTO, FTA, semua kembali lagi kepada daya saing," kata Ferrari.
Ferrari menjelaskan, dengan bermodal daya saing kuat, maka akan mudah untuk melakukan penetrasi ke pasar negara lain. Sementara itu, menurut Mahendra, KTT G-20 sangat penting karena selain baru dilakukan pertama kali, forum ini juga mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan kerjasama internasional.
"Indonesia sangat menginginkan G-20 memberikan perhatian pada kepentingan pembangunan dari negara yang sedang berkembang baik dalam menghadapi krisis global," ucapnya.
Mahendra menambahkan, walaupun Indonesia menginginkan koordinasi kuat dari seluruh negara angota yang tergabung dalam G-20, namun kondisi ekonomi dari negara anggota berbeda sehingga tak dapat dipaksakan untuk seragam. "Meskipun tidak seragam, yang kita inginkan adalah ada koordinasi yang baik," tukasnya.(Sandra Karina/Koran SI/wdi/okezone.com)
0 Comments:
Posting Komentar